KULWAP Bersama Ibook @tokobukunyaibu "Tips Menjadi Orangtua yang Bijak dan Rasional Saat Anak Sakit"





KULWAP Bersama Ibook @tokobukunyaibu
Tema: Tips Menjadi Orangtua yang Bijak dan Rasional Saat Anak Sakit
Narasumber: Inta Maesarinta
Materi: Ibook Fatma & Mba Inta

 

Definisi tema “Tips Menjadi Orangtua yang Bijak dan Rasional Saat Anak Sakit”


Definisi menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia): 

Tips: kiat-kiat

Bijaksana: 1 selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran; 2 pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya



Rasional: menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal;


Kenapa dikasih definisnya dulu? Karena biar ibu-ibu pahami dulu tema kulwap kita malam ini... ini juga supaya pemahaman ibu-ibu bisa seragam.. nantinya kalau mau bertanya jadi ga salah arah juga bisa nyambung sama temanya.


Di kulwap ini, ibu-ibu diberikan pemahaman soal menjadi bijak dan rasional saat anak sakit... 

Perlu diingat, isi materi kulwap ini bentuknya kiat-kiat juga bacaan-bacaan yang sumbernya sahih...

______


Di kulwap IBook yang ke-2 ini, kita akan membahas soal:

📝 *definisi pengobatan rasional (rational use of medicine)* :
Jadi ini tentang bagaimana kita menjadi bijak menggunakan obat-obatan sesuai guideline kesehatan yg ada. Jadi di materi ini kita belajar memahami apa yg disebut RUM, dengan sebenar-benarnya. 

📝 *pentingnya menganut prinsip RUM* :
Di materi ini kita belajar memahami apa sih manfaat dan pentingnya punya prinsip RUM

📝 *isu mendasar seputar kesehatan anak yg perlu ortu pelajari* :
Jadi di materi ini kita belajar memahami apa si penyakit-penyakit langganan anak (common problems) yang musti kita pelajari agar saat ujian datang, kita sudah memahami bagaimana harus bertindak

📝 *hak-hak pasien dalam undang-undang*:
Nah, di materi ini kita juga belajar memahami bahwa kita sbg konsumen kesehatan atau nama bekennya PASIEN,itu punya hak loh. Apa saja ya hak pasien? Nah nanti dijabarkan

📝 *tips komunikasi dgn dokter dan menggunakan obat* :
Di materi terakhir ini kita belajar mengubah paradigma lama menjadi baru tentang bagaimana berkomunikasi dgn dokter dan langkah-langkah bijak sebelum menebus resep obat dari dokter dan menggunakan obat tsb


*definisi pengobatan rasional(rational use of medicine) atau biasa disingkat RUM*


*Definisi RUM menurut WHO* :

“Rational use of medicines requires that "patients receive medications appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period of time, and at the lowest cost to them and their community".

Artinya: 

“Pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang sesuai dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka.















contoh:

• over treatment : over artinya berlebihan.. misal sakitnya hanya selesma (batuk pilek ) dikasih berbagai macam obat, celakanya dalam bentuk *puyer* yg isinya berbagai macam obat yg tidak diperlukan

• under treatment: misal anak sedang sakit batuk pilek disertai demam, si ibu merasa anaknya hanya batuk pilek saja jadi ga dibawa ke dokter. Padahal ada gejala lain yg menyertai, misal sesak napas dan dehidrasi (karena demamnya). Ketidaktahuan ibu dan bapak mengenai tanda kegawatdaruratan bisa menyebabkan under treatment.

Miss treatment: misal si anak batuk grok-grok kemudian diberikan terapi uap/nebu/inhalasi yang isinya obat untuk asma padahal si anak tidak asma. Ga nyambung kan? Atau misal pada pneumonia butuhnya oksigen tapi diberikan terapi uap..



Lanjut ke sub tema berikut yaa 

*pentingnya menganut prinsip RUM*

Kenapa harus RUM?
Saat ini pengobatan yang tidak rasional menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Bahkan estimasi WHO mengatakan ada lebih dari setengah peresepan, penjualan dan penggunaan obat dilakukan tidak dengan semestinya. Contoh-contoh pengobatan tidak rasional misalnya menggunakan antibiotik yang tidak semestinya (antibiotik untuk selesma yg gejalanya batuk pilek misalnya), penggunaan obat terlalu banyak seperti puyer, penggunaan obat injeksi dimana seharusnya oral saja sudah cukup, pemberian dosis yang tidak sesuai, peresepan obat yang tidak sesuai diagnosis dan lain-lain.



Yayasan Orangtua Peduli pernah melakukan penelitian tentang peresepan obat.. gimana hasilnya? Yuuk kita baca..








Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) melakukan 2 penelitian cross sectional dengan mengumpulkan resep yang di email ke mailing list kami, penelitian kedua, mengumpulkan resep dan kwitansi yang dikirim ke markas YOP. 

Resep yang ditelaah adalah resep untuk anak dengan 4 kondisi
yaitu batuk pilek demam (ISPA), demam, diare akut (dengan atau tanpa muntah),
dan batuk tanpa demam lebih dari 1 minggu. Berikut ini ringkasan penelitian
pertama dengan responden 160 anggota mailing list.

> JUMLAH OBAT: Median jumlah obat yang diresepkan adalah 5 (dengan rentang
2 – 11 obat). Batuk merupakan kondisi yang jumlah obat dalam peresepannya
paling tinggi yaitu 11 obat. Dengan tingkat peresepan puyer sebesar 55,4%
pada diare akut, 72,6% pada demam, 77,4% pada ISPA, dan 87% pada batuk.

> ANTIBIOTIK: Tingkat pemberiannya paling tinggi pada anak demam yaitu 87%
disusul dengan diare 75%, ISPA 54,5%, dan pada anak batuk tanpa demam sebesar 47%.


> GENERIK: Tingkat peresepannya sangat rendah yaitu 0% pada kasus demam, 5%
pada diare akut, 7% pada ISPA dan 10,5% pada batuk tanpa demam.

>STEROID: Pada batuk sebesar 60,9%, pada ISPA sebesar 50,9%; sebesar 53,5%
pada demam dan bahkan 18,5% anak diare diberi steroid (umumnya triamnisolon).
Tingginya tingkat pemberian steroid juga sangat memprihatinkan yang sebetulnya
tidak akan terjadi apabila bekerja sesuai guideline”.

> TAMBAHAN: Peresepan suplemen (multivitamin, ensim, perangsang nafsu makan”, atau imunomodulator”, cukup tinggi yaitu 21,9% pada ISPA, pada demam
34,9%, pada batuk 2,4% dan paling tinggi pada diare yait6u 61,9%.

> BIAYA; Pada ISPA, Rp 15,000 – Rp 747,000; median 117.500; Pada demam
Rp 20.800 – Rp 137.000, maksimum Rp 326,000; Pada diare akut Rp 56.000
– 161.000, maksimum Rp 349.000. Analisis biaya pada peresepan pediatri di Jakarta menunjukkan tingginya biaya ketika dokter tidak bekerja sesuai guideline. Padahal, biaya bukan sekedar rupiah. Harm” atau potential harm” juga biaya.


ONGKOS: Di Indonesia, pengeluaran terbesar untuk antibiotik (63% dari pengeluaran/ongkos ISPA), disusul dengan obat batuk-pilek, analgesik. Di sektor publik, biayanya kurang lebih Rp 512 Rupiah per kasus (padahal biaya sesungguhnya hanya Rp 153 per kasus APABILA DITANGANI SESUAI GUIDELINE). Biaya obat untuk diare dan ISPA adalah 68% dari total biaya layanan kesehatan untuk balita dan 38% pada anak di atas 5 tahun alias 36% total belanja kesehatan untuk obat.



Nah.. di dalam prinsip *RUM* ada yg namanya *RUD* (rational use of drugs). Sedangkan lawan katanya *IRUD* (irrational use of drugs).










Gimana nih setelah baca-baca materi di atas? Penting kah sekiranya kita memahami RUM ? Kalau gak mengerti kira-kira bakal gimana? Gak mau kan kita terpapar dengan ketidakrasionalan dalam pemberian obat-obatan dan treatment kesehatan? 

Karena itu kita harus mengerti RUM, agar kita tidak terhindar dari pola peresepan, penggunaan dan pembelian obat yang salah. Dengan RUM keselamatan pasien akan lebih terjaga, secara ekonomis juga menguntungkan karena pasien hanya akan membeli obat yang memang di perlukan. Secara global hal ini juga akan menekan angka belanja obat yang berlebihan. 

Dengan RUM ini juga di harapkan komunikasi antara dokter dan pasien tidak lagi berjalan satu arah. Tapi pasien juga berhak memutuskan pengobatan terbaik yang akan diambil dan dilakukan. 

Intinya dengan RUM tujuan *patient safety* pasti akan lebih mudah dicapai.

Selain itu dalam *Doctor-patient partnership*, dokter sangat bergantung/membutuhkan pasien sebagaimana pasien bergantung / membutuhkan dokter. Tindakan pasien akan snagat mempengaruhi tindakan sang dokter. Pasien yang irrasional akan mendorong dokter menjadi irasional. Intinya adalah tanggung jawab atau kewajiban menyehatkan anak bukan hanya di bahu seorang dokter, tetapi juga orangtua sbg konsumen medis.

Apa sih yg bisa dilakukan konsumen kesehatan seperti kita? Kita bisa menciptakan sistem informasi obat-obatan efektif, independen dan tidak bias, termasuk didalamnya pengobatan tradisional, untuk kepentingan publik dan untuk meningkatkan penggunaan obat oleh konsumen.

Sumber tulisan:



Masuk ke sub tema selanjutnya 

*isu mendasar seputar kesehatan anak yang perlu orangtua pelajari*


Isu mendasar seputar kesehatan anak yang perlu dipelajari oleh orang tua?

Banyak membaca mengenai *common problems in pediatrics* (penyakit-penyakit umum yang sering menimpa anak: misalnya demam, batuk, pilek, diare, demam dengan ruam radang tenggorokan.
Banyak membaca soal *hak dan kewajiban pasien*
Jangan pernah malu dan takut bertanya pada dokter, *window shopping DSA yang terbaik* sangat sangat direkomendasikan.
Terus *belajar dan belajar*, berpikiran terbuka dan selalu update ilmu yang didapat, tentunya dari sumber terpercaya.


Saya tampilkan ya gambar tatalaksana penyakit-penyakit yang suka menimpa anak-anak:










Masuk ke sub tema berikutnya

*hak-hak pasien dalam undang-undang*




Berikut saya tampilkan sebuah tulisan mengenai hak pasien dari blog dr. Purnamawati,SpAK,MMped (pendiri yayasan orangtua peduli/YOP)

Sebagai Pasien, Anda Punya Hak!

Pasien memiliki hak yang dijamin undang-undang. Jadi, bukan jamannya lagi pasien bersikap pasif.

Amy Lusaka (30 tahun), seorang sekretaris, baru mengetahui adanya benjolan akibat darah membeku di kepala bayinya, Kanaya (kini 1 tahun), beberapa hari setelah persalinan. Ia kaget bukan main, karena saat persalinan, dokter kandungan tidak mengatakan apa-apa dan menyatakan bahwa bayinya normal dan sehat. “Yang membuat saya kecewa adalah, tidak ada jawaban yang pasti dari pihak dokter dan rumah sakit mengapa kondisi ini terjadi. Saya, sebagai pasien, tentu ingin mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya,” tuturnya.

Kasus yang dialami Amy merupakan salah satu contoh kejadian yang menggambarkan betapa buruknya pelayanan kesehatan yang diterima pasien saat berobat. Sayang sekali, kondisi ini masih saja terjadi pada saat pasien telah menaruh kepercayaan yang besar pada personel medis dan institusi kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.

*Pasien punya hak*

Walau belum ada data resmi berapa kasus pelanggaran hak pasien di Indonesia, namun fenomena ini kerap terjadi. Coba saja Anda simak surat pembaca di media massa, tak terhitung sudah mereka yang mengeluh soal pelayanan rumah sakit dan paramedisnya yang jauh dari harapan ideal.

Entah kenapa, pasien di Indonesia merasa bahwa ia adalah pihak yang berada di bawah, alias tak berdaya menghadapi dokter. Mungkin itu sebabnya, timbul perasaan “takut” pada si pasien untuk bersikap kritis dan bertanya segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakitnya.

Padahal, sebagai pasien, kita memiliki hak-hak yang dijamin undang-undang. Sayangnya, undang-undang ini belum begitu disosialisasikan kepada masyarakat. Dr. Robert Imam Soetedja, dari IDI Jakarta Barat sebagai ketua Paguyuban Humas Rumah Sakit se-Jakarta dan anggota Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Persi) mengatakan, hak-hak pasien tercantum dalam Hak dan Kewajiban Pasien Undang-undang No.23/1992 (lihat boks: Hak & Kewajiban Pasien).

“Mungkin, pasien tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada dokter. Padahal, itu adalah salah satu haknya. Masyarakat harus tahu bahwa mereka punya hak yang diatur dalam undang-undang. Sebagai dokter pun, kami punya kewajiban mensosialisasikan hal ini kepada masyarakat. Artinya, sekarang memang sedang gencar-gencarnya diinformasikan kepada dokter-dokter bahwa pasien punya hak yang diatur undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah,“ jelas dr. Robert.

Ia melanjutkan, “Secara umum, pasien mempunyai beberapa hak. Yang paling mendasar adalah hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakitnya. Misalnya, sakit apa, tindakan medis apa, diberi obat apa, efek samping obat apa, dan sebagainya. Jadi, pasien jangan diam saja. Sebaliknya, dokter berkewajiban melaksanakan apa yang menjadi hak si pasien tersebut.”

*Harus kritis*

Sikap pasien yang pasif, enggan bertanya kepada dokter atau personel non-medis di tempatnya berobat, sangat disayangkan oleh dr. Robert. ”Kita harus rajin bertanya, dan bersikap kritis kepada dokter. Itu ‘kan untuk diri Anda sendiri. Misalnya, katakan terus terang kita minta obat generik atau yang lebih murah. Mintalah sebelum dokter menulis resep!”

Ia lalu memberi contoh, “Di negara lain, dimana pasien sudah lebih sadar akan hak-haknya, mereka lebih ’cerewet’ soal pelayanan medis yang diberikan kepadanya. Misalnya, ‘Ini obat apa?’ Atau, ‘Saya diambil darah untuk apa?’”

Apa yang dikatakan dr. Robert diamini dr. Purnamawati Sp. Pujiarto, SpA(K), MMPed. “Benar. Pasien-pasien di negara maju sudah semakin menyadari hak mereka akan informasi yang objektif dan berimbang. Di sana, sistem (regulasi dan aplikasinya –red.) sudah lebih tertata, sehingga semua pihak bekerja sesuai hak dan kewajibannya,“ tutur dokter yang biasa dipanggil dr. Wati, dan aktif di Yayasan Orang Tua Peduli, sebuah organisasi sosial yang bergerak di bidang health promotion dan edukasi kesehatan anak bagi para orang tua.

Lewat edukasinya di berbagai media, dr. Wati mengajak para orang tua menyadari bahwa yang paling berkepentingan terhadap kesehatan mereka dan anggota keluarga, adalah diri mereka sendiri. “Saya berharap, para orang tua menyadari bahwa urusan kesehatan tak akan mereka limpahkan 100% ke pundak tenaga kesehatan, tetapi juga merupakan tugas dan kewajiban mereka. Salah satu bentuk tanggung jawab tersebut adalah proaktif mempelajari pengetahuan dasar kesehatan dan bertanya. Singkat kata, saya mengajak mereka untuk aktif meningkatkan pengetahuan dasar kesehatan, sehingga bisa berlaku sebagai smart patient,” tandas dr. Wati bersemangat.

Abbas SH, MH., (32 tahun), seorang auditor, adalah salah satu contoh smart patient, ”Saya cenderung kritis dan proaktif bertanya kepada dokter yang bersangkutan. Menurut saya, untuk mencapai penanganan medis yang optimal dan menyeluruh, harus tercipta komunikasi dua arah yang lancar. Misalnya, tentang manfaat, komposisi dan efek samping obat yang diresepkan dokter.”

*Ubah mindset*

Kabar baiknya berdasarkan pengamatan dr. Wati, adalah adanya internet yang mempermudah mengakses informasi dari berbagai situs yang bisa dipercaya. Apalagi, para pasangan muda Indonesia pun kini sudah mulai terbuka. Mereka mulai bertanya kepada dokter saat berkonsultasi dan sudah semakin cerdas serta rajin mencari informasi.

Farhan (36 tahun), presenter kondang, adalah salah satu ayah yang rajin mengakses internet untuk mencari pengetahuan tentang penyakit anak-anaknya. Terutama yang menyangkut gangguan kesehatan yang dialami putra tertuanya. “Tahun 1999, saya mendapat vonis adanya kelainan kesehatan pada Ridzky (6 tahun). Sejak saat itu saya langsung melakukan pemantauan dan rajin mencari informasi sana-sini termasuk melalui internet. Kemudian, saya catat gejala-gejala penyakit anak saya sehingga ketika saya dan istri berkonsultasi dengan dokter, kami sudah memiliki data yang cukup akurat untuk kami komunikasikan kepada dokter. Hal ini juga saya lakukan terhadap putra kedua kami,” ujarnya

Lalu, bagaimana bila mereka menemukan atau mengalami pelanggaran terhadap hak-haknya sebagai pasien? “Mereka dapat mengadu kepada Majelis Kehormatan Etik Kedokteran, atau ke pengadilan sekalipun. Dengan catatan, harus diteliti betul, siapa yang salah. Bisa saja ‘kan justru si pasien itu yang salah. Jika memang dokter yang salah, tentu ada sanksinya,“ jawab dr. Robert.

Dokter Wati menambahkan, “Sebagai pasien, kita pun harus membenahi perilaku kita. Banyak faktor dalam mindset kita yang harus diubah untuk menjadi pasien yang cerdas (lihat boks: Perilaku Pasien yang Benar). Jadi, jangan semata-mata jika ada kasus pelanggaran hak pasien pasti dokter atau rumah sakit yang salah.“

Pada dasarnya, baik pihak pasien maupun dokter tak bisa berdiri sendiri. Kedua pihak saling membutuhkan. Hak pasien adalah kewajiban bagi dokter, dan sebaliknya, kewajiban pasien berhubungan dengan hak dokter. Masing-masing pihak juga memiliki hak untuk mengajukan tuntutan hukum apabila salah satu pihak mengingkari kewajibannya.

Kita lanjut yaa ke sub materi terakhir

*tips komunikasi dengan dokter dan menggunakan obat*











tanyakan tiga hal ini ke dokter Anda saat di ruang periksa, atau singkatnya " Tanya 3" (T3). Saya terjemahkan dari kampanye "ask 3 questions"

1. Apa diagnosis anak saya?

2. Apa pengobatan yang diberikan?

3. Kapan saya harus khawatir dan segera kembali membawanya ke dokter?

Ini penjelasannya:

1. Mintalah diagnosis dokter dalam BAHASA MEDIS, bukan bahasa semacam "radang tenggorok", "flek", "paru-paru basah", dan "tampek". Apakah: diare akut, selesma, flu, TB, pneumonia, bronkiolitis, dll.
Khawatir pasien tidak paham dengan istilah medis berbahasa latin ini? Ini manfaatnya:
Satu, penjelasan dokter mengenai diagnosis dalam memudahkan pasien mencari informasi lebih lanjut akan penyakitnya di media semacam internet. Pasien dapat menggali sendiri informasi yang tidak didapatkannya di ruang periksa karena keterbatasan waktu.
Kedua, dokter tetap menjelaskan diagnosis ini dalam bahasa yang mudah dipahami pasien tentunya.

2. Dokter tidak sekedar menulis resep, tetapi juga menjelaskan apa saja obat yang diberikan, dosis, cara pakai, dan kemungkinan efek sampingnya. Bahkan, dalam banyak kasus yang saya hadapi sehari-hari dan tidak ada obat yang diresepkan pada akhirnya, NASEHAT MEDIS saja adalah salah satu bentuk TERAPI.

Kunjungan ke dokter tidak harus selalu berakhir dengan peresepan obat, bukan?

3. Nah, ini tidak kalah penting. Kadang hal ini juga terlewat saat konsultasi dengan dokter. Inilah pentingnya orangtua mempelajari dasar-dasar penyakit anak, minimal kondisi-kondisi gawat darurat pada anak. Medianya sudah banyak, bukan? Buku, situs internet, dll.


Sumber: dr. Arifianto,SpA, dokter dan aktivis RUM
------

Untuk membedakan mana gejala penyakit dan penyakit itu sendiri (diagnosis), berikut saya tampilkan gambarannya ya 






Jadi kalau ibu-ibu dan bapak pergi mengunjungi dokter anak anda lalu ketika ditanya diagnosisnya apa terus dokter menjawab "sakit tenggorokan atau radang tenggorokan" *itu BUKAN termasuk bahasa diagnosis* yaaa... 

Atau misal anak anda dikatakan *flek paru*, itu juga bukan bahasa diagnosis loh 


Batuk, pilek, demam juga bukan diagnosis, itu *gejala penyakit*.


Berikut saya lampirkan poster dari Gerakan Masyarakat Cerdas Gunakan Obat 9gem cermat) KEMENKES tentang penggunaan, penyimpanan, pembuangan, golongan obat-obatan:


































---

Oiya, sebelum kita masuk ke tanya jawab, saya mau kasih gambaran/testimoni "smart parent" yg sudah belajar soal RUM dan mendapatkan manfaat dari belajar soal RUM dan tatalaksana/penanganan penyakit-penyakit yg kerap menimpa anak 

Perlu diingat, RUM itu bukan produk, jadi ga bisa dibeli tapi bisa dipakai... hehe... 
RUM itu tentang bagaimana kita berprinsip dan beretika dalam pengobatan 

Berikut testimoni mba puteri:

Kenal Milis Sehat sekitar 3thn yg lalu itu salah satu nikmat paling bermanfaat yg Allah berikan ke saya. Saya yg tadinya blah bloh :) soal kesehatan, bingung kalo anak sakit, dg belajar via milis pelan2 tercerahkan, tanya lagi dijawab lagi, baca lagi belajar lagi dr pengalaman orang2 yg bertanya di milis. Baca lagi dan lagi artikel dr links yg diberikan. Mulai browsing2 sendiri dg keyword yg cocok di situs2 yg kredibel, mencocokkan dg gejala yg dialami, jg sebagai bahan diskusi dg dokter, kalo memang harus ke dokter.


Perlahan saya dan suami bisa lebih tenang dan terencana saat anak sakit. Mulai bisa tenang kalo anak demam tinggi tp ada batpil. Mulai bisa atur langkah apa yg harus dilakukan kalo anak muntah2 dan diare. Bisa memperkirakan saat anak demam beberapa hari tanpa gejala penyerta, mengarah ke diagnosis apakah ini dilihat dr klinis anak, perlukah tes lab, dan bisa aktif berdiskusi dg dokter ketika konsul. Bisa memutuskan dg yakin saat anak sakit, apakah harus observasi di rumah, atau harus konsul langsung ke dokter, atau justru harus ke IGD. 

Dan serunya, saat kita belajar memberanikan diri menjalin diskusi dg dokter, ternyata hampir semua dokter yg saya temui justru senang dan welcome, menjawab dan menjelaskan dg senang hati. Jadi insya Allah ga ada lagi cerita keluar ruang praktik masih bingung sakit apa dan apa obatnya perlu diminum.

Ilmu RUM ini salah satu ilmu yg paling bermanfaat menurut saya, ga hanya utk diri sendiri, tp khususnya utk anak2 kita, dan syukur2 bisa jg berbagi manfaatnya utk orang lain.
--------
Naah, smart parent yg kedua baru muncul nii. Berikut testimoni Mba Ety:

Bismillah.
Sy kenal RUM dipenghujung tahun 2012 setelah anak pertama lahir, sebelumnya kami (sy dan suami) "pernah" menzolimi anak kami dengan ketidaktahuan kami, yg kami tahu saat itu adalah pentingnya menyusui tapi tidak mendalami apalagi membaca tentang kesehatan anak.

Saat itu anak kami ASIX dan poopnya hijau, sy dan suami kedokter anak yg "ramai" biasa dikunjungi orang, dikatakan anak kami Diare, obatnya puyer racikan salah satunya antibiotik (kesalahan terbesar kami, klo inget pingin nangis).
Selanjutnya ko masih sama ya, pergi lagi deh kedokter anak "terkenal" dirumah sakit mewah jakarta, dan dikatakan Jamur (tanpa tes lab) dan lagi lagi diberi obat ples obat jamur (pingin nangis lagi sambil makan semangka dingin).
Lah ko belum ada perbaikan ya, karena mind set kami saat itu anak sedang sakit, harus kedokter dan pasti sembuh.
Lanjut dokter anak "terkenal" selanjutnya, antrinya panjang sampai tengah malam (ngapain juga ya, bodoh banget), kali ini ga dikasih obat hanya disuruh pijat ILU karena dikatakan anak kami Kolik.

Haduh capenya minta ampun, tenaga ya duit.

Sy mulai membaca kembali (sy memang hobi baca aslinya), dan ketemulah salah satu artikel di AIMI tentang poop bayi, OMG ternyata ini tandanya anak kami terlalu banyak foremilk aja sebenarnya.
(Duh kenapa ga kpikiran ke klinik laktasi si, dodol banget deh, pingin nangis lagi rasanya).

Sy minta maaf ke anak (smoga dy ngerti walau cuma oe oe).

Setelah itu sy dipertemukan secara tidak sengaja oleh Milis Sehat, sy masih ingat seorang pasien ditempat kerja sy yg "keceplosan" soal Milis Sehat ini.

Dengan penasaran, apa sih Milis Sehat, siapa si pendirinya, siapa aja orang orang didalamnya, dan akhirnya sy masuk sebagai anggota.
Saat itu sy hanya pembaca saja, setiap hari banyak kasus dan diselesaikan dengan bijak oleh para dokter anak dan orang tua cerdas disana.
Semakin sy merasa kosong, ga berilmu sama sekali (pingin nangis lagi).

Milis Sehat mengadakan semacam seminar yg disebut PESAT, sy dan suami ikut serta didalamnya.
Banyak sekali ilmu yg bermanfaat dan membuka mata kami lebar sekali, seperti orang yg diberi es kelapa setelah puasa seharian (segerrr).
Dari situ terciptalah dirumah kami keluarga RUM.

Eits setelah Pesat, ujian datang dong, anak demam tiga hari lalu hari keempat keluar ruam ditelapak kaki dan tangan, sy dan suami sepakat kayaknya HFMD ni atau flu singapur (tentunya setelah banyak baca), etapii musti penegakkan diagnosa dulu ni (maklum masih amatir), dan datanglah kami kerumah sakit mewah dengan dokter "terkenal" juga (beda dokter lagi).
Dan benar beliau bilang ini flu singapur.
Kami berdua liat liat serasa lulus ujian (iyes).
Lah ko itu dokter nulis apa ya panjang banget, wew resep booo.. ada antivirus, salep, obat minum.
Gubrak deh.

Sy dan suami sepakat keluar dari ruanga itu dan membayar jasa konsulnya saja, resepnya dadah ba bay, masuk ke tong sampah (merdeka).

Lah iya dong, masa infeksi virus pake obat obatan, inshaAlloh akan sembuh sendiri seiring daya tahan tubuh, sabar dan perbanyak asupan cairan, dah itu aja.
Lagian apa perlunya antivirus yg mahalnya pake bingit itu, lah virusnya kan udah kena.

Jadi inget pesan dokter Wati diMilis Sehat.
"Anti virus bisa berfungsi saat 24 jam pertama virus itu masuk ketubuh".
Nah sekarang logika aja kapan kita tau itu virus masuk kedalam tubuh anak kita ataupun kita sendiri, cuma Alloh yg Tau.
Obat obat yg lainnya juga untuk apa, vitamin, obat nyeri salep.
Tawarin aja makan minum yg anak suka inshaAlloh daya tahan tubuhnya akan naik kembali.
Dan syukurnya anak kami saat itu mau dikit dikit masuk makan buah dingin, biskuit dan ASIP dingin.
Alhamdulillah.

Kesimpulannya : 
Orang tua harus banyak belajar, banyak baca, klo perlu ikut seminar tentang kesehatan anak, karena pasti dalam perjalanannya kita akan menemui anak sakit dan harus tetap rasional.
Dan dokter anak terkenal sekalipun belum tentu berprinsip RUM jd semua harus dimulai dari kita sebagai orang tua.
Karena dokter juga manusia yg mempunyai keterbatasan.

Sekian, wassalam.
-Dari mantan ibu yg pernah IRUM-
--
Berikut testimoninya smart parent ke tiga, Mba Diza:

alhamdulillah, waktu punya anak 1, berdoa sm Allah, minta di beri petunjuk utk menjaga amanahnya, alhamdulillah Allah kasih jalan, belajar ttg kesehatan, dulu tau nya kalo sakit harus ke dokter dan minum obat, 
begitu kenal RUM dan pelajari ttg sakit dasar yg biasa menyerang anak2 yaitu batuk pilek edodoe...
saya baru tau ternyata segala penyakit yg di akibatkan oleh virus tdk perlu AB,
dulu blm kenal RUM makan permen imut itu nyantai aja, eh ga tau nya itu AB.

RUM jg mengajarkan sy utk tetap tenang menghadapi anak sakit, tdk mudah panik.
------
Testimoni berikutnya dari mba Dewi:
Aku sudah kenal RUM, YOP, Pesat, bukunya Dokter Wati (Purnamati Sujud), milis sehat dan Markas Sehat sejak hamil 11 tahun lalu. Anakku Rhei rutin imunisasi dan dipantau dg cara yg baik dan benar, emaknya rajin belajar. Ndak pernah sakit serius, palingan demam batpil seminggu.

Lalu setelah dia usia 6-7 tahun aku stop belajar. Kupikir ya sudah lah ya, anakku sudah lepas balita.

Lalu 2017 Feb dia mual muntah sakit kepala demam tinggi sampe 40° dan akunya panik lsg ke RS dan tes darah, rawat inap diagnosa "gejala tipes". Jreng abis 9 juta.

Bulan Juni kemarin berulang, sampe lemes gak bisa makan lebih dari 24 jam, masuk lagi ke RS rawat inap lagi. Jreng 6jt.

Lalu aku konsul ke Markas Sehat dg bawa semua catatan kesehatan Rhei krn gemes penasaran kenapa anakku yg biasa sehat kuat jadi sakit 2x dalam 6 bulan.

Konsulnya dapet Dr Wati. Habislah aku dinasehati atas bawah kiri kanan depan belakang selama sejam oleh Dr Wati (pedes boo!) Keluar konsul aku mewek di teras. 


Kesimpulannya adalah: dua kali kejadian rawat inap itu tidak perlu, "gejala tipes" itu bukan diagnosa yg diakui, tes WIDAL sudah tidak diakui, literasi kesehatan ku "nanggung", aku disuruh balik belajar lagi ke milis dan sering2 baca CDC dan WHO. 

Jadi ortu itu belajarnya ndak boleh berhenti.

Sekian.
---

Berikutnya kita masuk ke tanya-jawab:


•Nama: Maria Ulfah
•Usia: 24th
•Jumlah anak & usianya: 1(satu) 18bulan

•Pertanyaan: 
Tiap anak sakit ringan seperti batuk dan pilek yang saya inginkan tidak memberobatkan anak saya, karena yang saya ketahui batuk dan pilek akan sembuh dengan sendirinya tanpa obat2an cukup dengan cara2 alami dan herbal, tetapi orangtua saya selalu menyuruh untuk memeriksakan anak kedokter jika tidak saya dmarahin, dibilang gak pinter lah sama anak, apa dan bagaimana yg harus saya lakukan untuk meyakinkan orangtua saya kalau terlalu sering obat2an itu tidak baik buat si kecil dan bagaimana cara mengatasi kepanikan orang tua saya bu..? Karena disisi lain saya tidak mau berdebat dengan orang tua saya. Terimakasih..


Jawaban Mba Inta:

yang perlu mba ketahui

1. Orang tua mba seperti itu atas dorongan kasih sayang mereka terhadap anak mba. Jadi harap maklum.

2. Pondasi yang kuat. Sebelum mba berusaha meyakinkan orang lain, mba sendiri harus yakin apa yang mba lakukan adalah benar. Taunya bagaimana? Banyak belajar, banyak baca, ikut seminar kesehatan anak, ikut milis, ikut forum parents support secara aktif, sharing disana, berpikiran terbuka dan praktekan. Bagaimana orang bisa yakin kalau apa yang mba lakukan benar sementara mba sendiri gak yakin sama pengetahuan yang mba dapat.

3. Time will answer everything. Jadi sabar, nanti ada waktunya kakek nenek akan percaya dan lihat sendiri. Caranya bagaimana? Saya gak bisa kasih saran soal ini karena beda kondisi pasti beda solusi. 

Sekedar sharing, kebetulan mama saya bukan orang yang mudah diyakinkan, jadi seringny saya adu kuat sama beliau, tapi lama lama saya capek juga ya plus takut dosa 
:D nah untungnya saya gak tinggal satu rumah jadi masih bisa kucing2an. Biasanya kalau anak saya sakit lalu beliau ribut minta dikasih obat atau ke dokter saya akan bilang, oke mah nanti kita ke dokter. Tunggu 3 hari ya untuk observasi di rumah. Atau saya bawa si mamah atau papah untuk ikutan ke dokter. Karena domisili saya jakarta saya pilih markas sehat yg sudah pasti akan mengedukasi mamah, lewat saya. Atau saya pura pura WA DSA anak anak nanti saya bilang udah kok ditanya ke dokternya, suruh nambah observasinya aja dulu, hehehehe. Anyway, soal cara mba sendiri yang tahu jadi silakan di cari cara yg paling pas menurut mba. Kalau teman saya banyak yg gak mau pusing, mereka pilih datang ke dokter yang menurut mereka RUM. 

4. Window shopping dokter sebanyak banyaknya. Kalau tips dari saya, kalau masih belajar cari lah yang RUM kalau tidak ada minimal yang komunikatif tidak judes dan gampang nakut2in pasiennya. Kalau ketemu yg begini sih buat saya, Bhay ajaaa. 

Good luck ya mba, semangat.

*Sedikit tambahan RUM bukan berarti anti obat kimia ya. Kalau memang di perlukan dan sesuai diagnosa ya boleh banget. Nah being RUM bukan berarti juga obat kimia bisa di ganti ke obat herbal. Justru dengan obat herbal kita harus lebih hati hati karena biasanya belum teruji dengan pasti manfaatnya dan hanya berdasarkan testimoni semata.

Tambahan Fatma Zen: Apalagi untuk anak-anak.. krn tak ada yg 100% aman baik obat kimia maupun herbal..Makanya setiap obat yg masuk ke tubuh harus dipertimbangkan resiko/efek samping VS manfaat/benefitnya. Jika perlu minum, jika tidak ya gak usah. Bukan begitu?

Inta Maesarinta: iya jadi bukan sekedar boleh atau tidak boleh atau aman/tidak aman. Itu kenapa penting nya kita tahu tata laksana penyakit.
---

•Nama: Sylvana muliasari
•Usia: 29th
•Jumlah anak & usianya
1. 5y 1bln
2. 7m

pertanyaan :
1. bagaimana dg pengobatan di puskesmas?apa pengobatannya bisa di rekomendasikan sbg balai pengobatan yg baik?
2. anak saya yg bayi 7bln sdg batpil tanpa panas dan muntah,sdh 3hr. pagi ini sy ke puskesmas dikasih puyer yg katanya itu obat batuk,radang dan vitamin. baiknya saya kasihkan ato ga ya ke anak saya?
terima kasih

Jawaban Mba Inta:

1. Yang masalah adalah bukan di mana atau dengan siapa berobatnya. Tapi seberapa jauh ilmu yang sudah kita dapat. Contoh kasus: Anak mba batuk pilek, di bawa berobat ke dokter spesialis anak terkenal di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta. Diagnosa common cold/selesma. Obat: Antibiotika, Ambroxol dan sirup racikan. Jatuhnya sama aja kan dengan berobat di puskesmas? Jadi yg paling penting adalah apakah mba sudah tahu bahwa common cold alias selesma alias batuk pilek pada anak anak tidak perlu obat, antibiotika apalagi puyer?
2. Jawabannya ada di atas ya mba :)


Bacaan soal batuk:


http://milissehat.web.id/?p=2569

http://milissehat.web.id/?p=777

http://milissehat.web.id/?p=1498 

http://arifianto.blogspot.co.id/2015/05/kisah-batuk.html?m=1 

Apakah batuk pilek perlu diobati?
http://arifianto.blogspot.co.id/2014/03/apakah-batuk-pilek-perlu-diobati.html?m=1

Tambahan Fatma Zen: Jadi kalau ke puskesmas ketemu dokter, jgn lupa tanya *diagnosis medisnya* yaaa. Kalo lupa balik lg... krn itu penting..Buat saya kalo ke dokter ga bawa pulang diagnosisnya itu sama aja gak ke dokter 


Tanggapan peserta: masalahnya dokter puskesmas itu irit ngomong smua kayany,sambil pasang muka judes dan buru2.mau nanya jd segen

Inta Maesarinta: di sini sih mba peran kita sebagai pasien. Mereka (dokter di puskesmas) terbiasa menerima pasien yang taunya sakit ya harus minum obat apalagi jumlah pasien di puskesmas banyak jadi ya pelayanannya jadi terkesan buru buru dan "seadanya". Kalau saya biasanya suka minta tolong di tulis pada resep atau surat izin dokter bilang saja untuk keperluan kantor atau yg lainnya :)

Dera GBUS: RUM berlaku pasca operasi juga gak y?
Fatma Zen: Misal operasi apa mba? RUM itu keseluruhan yg berhubungan dgn pengobatan maupun tindakan medis
.
-----

•Nama: indri
•Usia: 29
•Jumlah anak & usianya (jika sdh memiliki anak): 1 anak umur 2 th

•Pertanyaan: anak saya sudah dua minggu lebih batuk pilek. Saya hanya kasih habatussauda dan madu, tidak ada sesak atau demam, tapi kok belum sembuh juga ya? Ada terapi lainkah? Terimakasih


Jawaban Mba Inta:

Batuk pilek bisa berlangsung 4-14 hari. Bisa lebih lama apabila: Ada yang batuk pilek juga di rumah selain anak, anak sudah sekolah atau di day care, ada perokok di rumah. Observasi ketiga sebab itu, kemungkinan batuk pilek lebih lama biasanya hanya virus yang ping pong. Terapi lain cukup perbanyak air putih dan rajin cuci tangan ya. Tambahan dikit, bisa belajar soal algoritma batuk lebih dr 3 minggu di sini


http://milissehat.web.id/?p=2569

http://milissehat.web.id/?p=777

http://milissehat.web.id/?p=1498 

Tambahan: 
http://arifianto.blogspot.co.id/2015/05/kisah-batuk.html?m=1

----
•Nama: Chitra Tifanny
•Usia: 41 thn
•Jumlah anak & usianya): 4 (10, 8, 6, 3 year)
•Pertanyaan: apa yg dimaksud obat steroid ? dan digunakan untuk penyakit dgn diagnosa apa ?

Jawaban Mba Inta: Steroid adalah obat sintetik yang menyerupai cortisol hormone yg sebenarnya sudah di produksi secara alami oleh tubuh kita. Steroid atau kortikosteroid ini biasanya bekerja dengan mengurangi pembengkakan dan mengurangi aktifitas sistem imun kita. 

Steroid ini berbeda dengan anabolic steroid yang biasa di pakai oleh para atlet untuk memperbesar otot.

contoh kortikosteroid misalnya: triamcinolone, cortisone, prednisone, dan methylprednisolone.

Penyakit yang membutuhkan sterois antara lain: Asthma, Arthritis, penyakit autoimun seperti Lupus, Eczema, dan beberapa jenis kanker.

Lengkapnya bisa baca di sini:

http://www.mayoclinic.org/steroids/art-20045692
-----

Fatma Zen: Ngomong2 soal
Lendir dan batuk, jadi ingat nih apa kata dr. Wati



---
•Nama: Rima
•Usia: 30thn
•Jumlah anak & usianya): 1 usia 3y5m
•Pertanyaannya: 
Jika anak muntah2 lbh dr 5x sehari, tanpa pup (tidak diare) badan lemas... muntahnya isi dlm perut dr makanan sebelumnya keluar semua sampai tinggal air aja muntahnya.. sdh dikasih teh manis hangat tetap muntah, apa yg harus di dilakukan? 
Fase muntah yg sdh hrs dibawa ke RS yg seperti apa? 

Terimakasih, smg dijawab 

Jawaban Mba Inta:

anak yang muntah dan atau diare pada prinsipnya yang utama adalah mencegah dehidrasi. Karena itu perlu segera diberi oralit. Jangan diberi teh atau kopi karena kedua minuman ini bersifat diuretik, memancing untuk berkemih, sehingga berpotensi menyebabkan dehidrasi. Sesuai panduan diare/muntah anak di bawa ke dokter apabila terlihat tanda tanda dehidrasi seperti pada link berikut

http://milissehat.web.id/?p=208
seperti yang sudah saya tulis sebelumnya ya mba Rima, bahwa bahaya utama muntah adalah dehidrasi jadi sebenarnya yang perlu di kasih cukup oralit. Lacto b hanya probiotik yang intinya isinya adalah bakteri baik, tubuh kita sendiri sudah punya banyak gak perlu beli. lacto b ini di perlukan kalau kita sedang terapi minum antibiotik dalam jangka waktu lama. berikut tambahan link soal zinc ya

http://www.who.int/elena/titles/zinc_diarrhoea/en/
----

•Nama: Nani Andriany
•Usia: 31 Tahun
•Jumlah anak & usianya: 1 ( satu ), usia 3 Tahun
•Pertanyaan: 
Anak saya sedang batuk sudah 2bulan ini. Pilek on off. Mulai batuk di akhir bulan juni. Kira2 tgl 26 juni saat lebaran. 2 minggu setelahny msh belum sembuh dan diajak berenang oleh tante ny. Malam hari demam dan hari ke 2 mengeluh sakit telinga, hari ke 3 dibawa ke dokter dan diberikan AB serta tetes telinga dengan diagnosa Otitis Media Akut. 1 minggu kemudian telinganya sembuh batuk masih, pilek sudah mulai reda. Lalu smpai saat ini batuk masih ada disertai dengan dahak dan kadang kalau bernafas, terdengar bunyi "grok". Pertanyaan saya, apakah saya sudah cukup atau under treatment dalam menangani batuk ini? Apakah perlu lanjut ke dokter lagi atau didiamkan saja sampai batuk reda? Terima kasih atas jawabany ibu

Jawaban Mba Inta: coba lihat algoritma batuk berikut ya ibu


http://milissehat.web.id/?p=2569

batuk lebih dr 2 minggu biasanya penyebab utama adalah: ada yg batuk juga di rumah, anak sudah sekolah dan ada perokok di rumah. Selama tidak ada sesak nafas, bisa terus diobservasi di rumah kok. Kalau ada sesak nafas, segera ke IGD ya, supaya dapat ditangani dengan peralatan yang memadai.

Oh iya satu lagi OMA atau OME seperti halnya pneumonia dan sinusitis, adalah satu dari beberapa komplikasi pada selesma dan flu. Sayangnya, tidak bisa dicegah, juga bisa terjadi kapan saja tidak perlu menunggu selesma berlangsung lama atau sebentar. Dan biasanya akan membaik dengan sendirinya, kebanyakan tidak perlu Antibiotik.

Bacaan lain:
Apakah batuk pilek yang lama jika dibiarkan lama tidak diobati akan beresiko menjadi infeksi telinga tengah?

https://www.facebook.com/arifianto.apin/posts/10205347934492263
-----

Nama : Eva Listiyani 
Usia : 28th
Jumlah anak : 1 - usia anak: 2y6m
Pertanyaan:
1. Dlu saya masih belum kenal sama yg namanya GESOBAT.. Tetapi gara2 kasus ini lah, awal mula saya kenal GESOBAT. 
Saat itu usia anak saya 14bln, kakinya tidak sengaja dicelupin ke air panas yg akan untuk mandi, memang saya yg teledor, intinya waktu itu langsung saya bawa k IGD dan diresepkan antibiotik + paracetamol utk anti nyeri nya.
Antibiotik nya apa, saya lupa. 
Yg jelas setelah minum antibiotik tersebut, anak saya besoknya diare. Dan setelah bertanya dan konsultasi sedikit dg bunda Zenica Radian, akhirnya disarankan utk menghentikan antibiotik yg sudah diminum 3x tersebut. 

8bulan berikutnya, anak saya "muntaber" , lagi2 karena panik, saya tebus langsung obatnya ada zinc, pedialyte, dan antibiotik, bodohnya saya kenapa saya tdk bertanya apa diagnosanya dan panik berlebihan karna anak saya harus opname, tapi saya tetep tidak mau opname *nasib orang perantauan, tanpa sanak saudara satupun. 
setelah 2x minum obat antibiotik itu, saya teringat konsultasi ke bunda Zenica lagi karna diare anak saya tambah parah... 
Sama seperti waktu itu... Disarankan untuk menghentikan antibiotik.. 
Dan diarenya berangsur membaik. 

Dari 2 kasus itu.. Menghentikan antibiotik tiba2.. Apakah akan membuat anak saya resisten terhadap antibiotik? Jujur saya amat sangat parno sama yg ini

Jawaban Mba Inta: Penyebab utama resistensi antibiotik adalah: penggunaan AB yang tidak sesuai diagnosa. Jadi kalau mba menghentikan AB karena tidak sesuai diagnosa justru ikut membantu menyelamatkan AB.

link resistensi ab: 
http://milissehat.web.id/?p=2864


http://milissehat.web.id/?p=1661
Ini super bugs

http://milissehat.web.id/?p=2364
Jangan sampe kejadian jaman pasca antibiotik = antibiotik udah ga mempan krn penggunaanya sdh gak bijak


http://milissehat.web.id/?p=2356
----
• Nama: Emi Fitri
•Usia: 26th
•Jumlah anak & usianya:
1 Laki-laki usia 3tahun 10bln.


•Pertanyaan:
Dislide terakhir ada penjelasan tentang tablet BUKAL & SUBLINGUAL.

Saya sangat tertarik untuk menanyakan ini. Karena saya pribadi merasa baru pertama kali mendengar istilah ini.

Pertanyaannya saya, tablet jenis ini, biasanya obat untuk sakit apa saja ya?

Terima kasih 


Jawaban Mba Inta:

Tablet Bukal: tablet yang pemakaiannya dengan cara meletakan tablet diantara pipi dan gusi. Contoh: Buccastem M. Tablet, obat untuk meredakan mual dan muntah yang berhubungan dengan migraine. Tidak untuk anak di bawah 18 tahun

Tablet sublingual: Tablet yang pemakaiannya dengan cara diletakan persis di bawah lidah.

contoh: nitrogliserin tablet, obat untuk mencegah angina/chest pain pada penderita jantung koroner.

Link terkait tablet: 
tanyaapoteker.com/2015/09//mengenal-macam-tablet-dan-contohnya.html

Buccastem M tablet: 
netdoctor.co.uk/medicines/digestive-health/a8334/buccastem-m-prochlorperazine

Nitrogliserin tablet: 

webmd.com/drugs/2/drug-18030/nitroglycerin-oral/details

--

Tambahan:
Tablet bukal dan sublingual biasanya digunakan untuk mendapatkan efek pengobatan yang cepat.
Krn obat langsung dilepaskan dari bentuk tablet yang hancur dekat pembuluh darah di gusi dan di bawah lidah. Contohnya seperti obat jantung, dimana pasien harus mendapat efek yang cepat


Fatma Zen: ada lagi tambahan bacaan dari tulisan dr. Arifianto / apin soal stop AB pas tau penyakitnya bukan krn bakteri
http://arifianto.blogspot.co.id/2016/08/antibiotik-boleh-distop-sebelum-habis.html?m=1
------
Nama: Mega Tresna Asih
Usia: 27 tahun 
Jumlah anak-usianya: 1, usia 22 Bulan 
Pertanyaan:

Apakah perlu penggunaan antibiotik pasca khitan?

Jawab: cukup antibiotik topikal atau salep bila di perlukan. Tidak perlu antibiotik minum.

Silahkan baca:

http://milissehat.web.id/?p=2132
-----
Nama: Yana Juliana 
Usia: 26th
Jumlah anak :1
usianya:1th 8 bulan 6 hari 
Pertanyaan:Mba soal demam kapan harus ke dokter itu kan salah satunya kalau ada diare / muntah , misalnya demam nya udah 4hr ga turun turun terus ada diare tapi anaknya masih ceria gimana??

sebelum k jawaban, mba Yana mau kasih testimoni dulu,

Testimoni mba Yana setelah belajar ilmu kesehatan anak: 
Cerita sedikit pengalaman saya sebelum saya menemukan fb nya mba Fatma Zen ,,,mungkin saya juga ga akan pernah ikutan seminar pesat ,,,kenal milis sehat dll itu semuanya awal pertama menemukan fb mba Fatma, (udah lama ga pernah ketemu eh nonghol di fb ) harus bersyukur mungkin ini juga jalan Allah membuka mata ku...
Liat postingan posting an nya makin tentang bapil dengan dll semakin hari semakin ingin tahu ,,,liat postingan nya Dr Arifianto juga berkat fb nya mba Fatma. 
Kebenaran waktu itu ada seminar pesat Alhamdulillah semakin terbuka lebar dan semakin saya tau semakin tau pula bahwa saya adalah seorang ibu dan tenaga kesehatan yang menzolimi anak sendiri dan orang lain ...
Kenapa saya bilang seperti itu soalnya saya tipekal ibu yang panik luar biasa ketika anak sakit dan ga bisa berpikir jernih,setiap kali berobat kalau demam 39 bahkan 40 3 hr g sembuh sembuh langsung kasih antibiotik , belum lagi obat puyer yang isinya banyak banget 
😭😭😭😭 dan semuanya anak saya minum (ya Allah ya Robbi macam ibu apakah aku ini )...
Awal pertama kali anak ku sakit umur 6 bulan pas Awa MPASI demam 40°c saking paniknya langsung dilarikan ke UGD karena disertai muntah-muntah awalnya,cuman kalau yang ini masih agak waras lah ya ibu nya ketika dokter dan perawat nya nanya kenapa ga dikasih antibiotik? Bisa jawab bahwa itu virus dan bla bla, akhirnya dokter nya pun cuman ngasih Paracetamol tp makin kesini bukan nya makin pinter ngadepin anak sakit malah makin bodoh , bentar bentar sakit ke dokter spa dikasih antibiotik manut aja, diare , muntah-muntah, batuk pilek kasih antibiotik lagi manut aja karena ada demam kecuali kalau ga demam baru aku menolak, padahal itu salah juga ya.
Tapi Alhamdulillah udah ikut pesat saya tau kesalahan saya dan saya ga mau mengulangi nya lagi, dan sudah saya terapkan ketika anak sakit tapi belum bisa say terapkan di klinik karena bertentangan sama pengobatan disini ,,sedih iya bingung iya ,disisi lain saya tau ilmu nya tapi disisi lain saya cuman pegawai yang harus mengikuti peraturan (dilema tingkat dewa )..
Saya bersyukur karena saya ditemukan sama mba Fatma karena lewat beliau saya jadi tau

Jawab:

- Kapan sih demam perlu ke dokter? Bila demam sudah berlangsung 72 jam tidak turun bahkan setelah di beri paracetamol, tanpa sebab apapun yang jelas, misalnya batuk, pilek, diare, ruam dll. 

Tambahan:Ke RS bila ada tanda kegawatdaruratan yaa.. kegawatdaruratan saat demam adalah dehidrasi. Jadi sebaiknya cegah dehidrasi, pelajari tanda kegawatdaruratan juga

- Demam saat diare wajar kok. Bahaya demam dan diare sama sama dehidrasi. Jadi perhatikan tanda tanda dehidrasi, jaga asupan cairan dan beri oralit.

Jangan membuat cairan rehidrasi (oralit) sendiri di rumah karena komposisi yang tidak pas nanti malah tidak bisa mencegah dehidrasi. Kecuali ada di remote area yang tidak ada apotik. Oralit salah satu yang wajib di simpan di rumah, bisa di beli di apotik dalam bentuk sachet yang mudah di bawa kemana mana atau dalam bentuk cairan yang siap minum. Harganya juga sangat terjangkau mulai dari 800-30 rb rupiah saja.

- Silakan baca disini soal demam yah: 
www.milissehat.web.id/?p=1

Dehidrasi: 
http://milissehat.web.id/?p=1857

Muntah diare: 
http://milissehat.web.id/?p=1742
---
Nama: mesa

sy mo nanya, soal cermat dlm menggunakam obat.
kl di rs kita slama ini kl ada kasus sprt luka bakar anak sy kmrn, biasanya kan dikasi antibiotik utk mencegah infeksi, nah, itu sdh tepat blm ya? 
sprti anak yg misal kecelakaan dan luka berdarah, di IGD pasti dikasi AB kan...

dan AB itu kl trnyta penggunaanny btul utk mncegah td bagi yg kecelakaan, msti hbs brp lama? hrs smpe hbs kah? atau ada jangka waktu minimal nya.

Jawab: Pertanyaan saya justru luka bakar grade berapa? Kalau luka bakar first degree gak perlu pakai antibiotic kok. Kalaupun infeksi cukup AB topical saja. Silakan di baca macam macam luka bakar dan derajatnya:
http://www.healthline.com/health/burns#burn-levels3

Kecelakan dan luka berdarah yang seperti apa dulu? Kalau hanya luka karena jatuh, atau minor wounded lainnya juga sama, gak perlu AB bahkan untuk pencegahan. Yang lebih penting dan harus diperhatikan justru First aidnya, dan rata rata treatment P3K nya gak perlu ab, kalaupun di perlukan cukup AB topical saja, dan itu biasanya jarang di perlukan
---.
Nama: echi
Usia: 27
Jumlah anak-usianya: anak 1-10bln
Pertanyaan:

Ttg TB ini menarik buat aku krn banyak anak tmn2 yg usianya >1-5thn mulai diminta tes mantoux indikasinya sering batuk, kalo udh batuk lama, dan BB stuck.
Yg mau saya tanyakan untuk tata laksana pemeriksaan TB sendiri bagaimana yaa? kalo dikatakan hasil tes mantoux yg positif tdk cukup utk menegakkan diagnosis TB.



Jawab: Penegakkan diagnosa TB pada anak tidak mudah, karena itu selain tes mantoux diagnose TB pada anak harus menggunakan system skoring. Salah satu point utama dan paling penting dalam system skoring adalah: Apakah ada penderita TB dewasa di rumah? Kenapa? Karena anak bisa terkena TB apabila tertular dari orang dewasa yang sering berinteraksi dengan anak, minimal 8 jam/hari, jadi logikanya kalau tidak pengasuhnya ya ayah atau ibunya yang menulari TB pada anak. Jadi saat anak didiagnosa TB kita pun harus siap tes dahak TB di puskesmas,karena kalau penderita dewasa nya tidak ditemukan, bukan tidak mungkin dia akan menulari anak kembali atau malah menulari anak lainnya L

Berikut link untuk TB anak:
http://www.tbindonesia.or.id/tb-anak/ 

Untuk batuk lama pada anak anak penyebab terbesar hanya virus yang pingpong aja kok plus kurangnya kesadaran anak anak dan juga orang tua untuk membiasakan anak cuci tangan. Coba baca disini ya ada algoritma yang bisa kita pakai untuk pegangan kita saat observasi batuk anak yang “sepertinya” tidak sembuh sembuh.

http://milissehat.web.id/?p=2569
------
Nama: dwi setia
Usia: 31thn
Jumlah anak-usianya: 2 (usia 6thn dan 1thn)
Pertanyaan:

3 bulan ini ponakan sy usia 7thn perempuan dan 5thn laki2 ada masalah dengan kulitnya.

Diagnosa awal karena tungau, diberi obat hydrocortisone, 
Masi g sembuh brobat lagi diagnosa scabies, (krn ada adik yg baru pulang dr pesantren) dipakaikan obat scabimed masi saja sekujur badan gatal-gatal.

Seluruh rumah dan ruangan d jemur, dibersihkan sampai tdk boleh tidur d kasur selama seminggu.

Selepas itu bruntus kecil mulai mengering.
Nah 2bln yg lalu anak laki2 yg bermur 5thn tiba-tiba muncul banyak bentol/luka bernanah. Dijari tangan, telapak tangan, jari kaki, dan kaki juga.

Berobat lagi diberi salep berantibiotik dan minum AB juga obat antihistamin, nah begitu kering tdk lama akan muncul lagi seperti itu.
Bernanah ditangan dan kakinya.

Pertayaannya apakah itu termasuk scabies? Atau alergi? 
Sebelumnya tidak pernah ada gejala alergi. Tp mulai muncul saat 3bln ini jualan tutut. Apakah makan tutut bisa menimbulkan sakit kulit bernanah?

Walo skarang g pernah makan tutut, luka itu tiap kering, tiba-tiba muncul bruntus bernanah lagi. 
Kira-kira apa yang harus d lakukan ya.

Kasian melihat anaknya stiap bernanah hrs dipecahkan, dibersihkan dan menangis kesakitan



Jawaban Mba Inta:
Mba Dwi, mohon maaf sebelumnya untuk penyakit kulit memang sebaiknya tidak di tanyakan ke forum di medsos, karena susah sekali mengira-ngira masalah pada kulit tanpa di lihat langsung. Untuk si adik, diagnosa dari dokternya apa mba? Kalau sudah ada diagnosa baru bisa ketahuan apakah terapi yang di lakukan sudah tepat. Curiganya saya justru terapi belum tepat atau miss treatment karena masih terus muncul. Atau mungkin ada yang terlewat saat menangani si scabies ini di rumah keponakan mba. Coba baca baca di sini ya mba

https://www.aad.org/public/diseases/contagious-skin-diseases/scabies#tips
--
 Nama: Rini
Usia: 32
Jumlah anak-usianya: 17mos
Pertanyaan:
Anak sy sdh hampir seminggu ini sedang kurang fit. Sejak kamis minggu lalu muntah dan pup terus. Semua makanan yg masuk pasti keluar lagi. Krn anaknya sdh lemas dan demam juga jdi sy bawa ke dokter. Bbrp hari minum obat muntah dan pup-nya berkurang, tpi saat obat habis mulai muntah+pup lagi, meskipun frekuensinya gak sering tpi tekstur pup nya msh sama. 
Yg bikin sy bingung justru bkn muntah+pup nya, tpi anak sy malah gak mau makan sama sekali hanya mau ASI saja.. Sebaiknya apa yg sy lakukan dlm kondisi sprt ini? Makanan atau langkah apa yg hrs sy ambil saat anak menolak makan sama sekali..

Trima kasih 

Jawaban Mba Inta: Wajar banget kok mba, kalau anak sakit terutama diare dan muntah jadi gak mau makan, kan memang perutnya lagi gak enak banget. Gak usah dipaksa tapi tetap ditawarkan ya, kasih yang rasanya tidak terlalu mencolok misalnya bubur nasi dengan sayur bening, sup ayam, dll. Paling penting dari diare dan muntah adalah asupan oralitnya, sudah diberi oralit kah? Tidak perlu obat obat an pada diare dan muntah, cukup oralit untuk mencegah dehidrasi.

Baca disini soal tatalaksana diare-muntah yang tepat ya mba

http://milissehat.web.id/?p=208





Sumber gambar: WHO Pocket Book of Hospitalization Hospital Care for Children versi bahasa Indonesia
---
 Nama: titin
Usia: 36 tahun
Jumlah anak-usianya: 2 (11 dan 7 tahun)
Pertanyaan:
Anak saya yang besar menderita asma dari usia 6 tahun. Setiap batuk tp bukan bapil biasa. Batuk nya yg terus terusan dikarenakan alergi atau terlalu capek hingga lama lama nafas nya sesak. Dra sy memberi obat seretide diskus. Sekali hirup saja langsung tokcer. Jadi setiap asma nya kambuh sy kasi obat itu. Yg sy ingin tanya kan apakah efek jangka panjang utk pemakaian obat seretide diskus itu? Dan apakah ada pengobatan herbal utk penderita asma?
Sebelum nya trima kasih atas segala informasi dan perhatiannya.

Jawaban Mba Inta: penanganan asma yang utama adalah manajemen dengan treatment plan yang harus di buat sesuai diagnosa dokter. Jadi bukan sekedar minum obat pencegahan setiap kali batuk. untuk obat herbal, seperti yang saya utarakan, saya gak akan menyarankan obat herbal yang belum terbukti uji klinisnya sesuai standar EBM.

berikut panduan tata laksana manajemen asma, karena seperti halnya alergi, asma tidak bisa sembuh tapi bisa di kontrol agar tidak mengganggu kualitas hidup penderita nya, link ini wajib hukumnya di download oleh orang yang hidup dengan asma

http://ginasthma.org/2017-pocket-guide-for-asthma-management-and-prevention/

Nambahin ya mba Inta..

Ada ciri khusus diare karena bakteri mba 

Simak di video dr. Apin ya mba

https://www.facebook.com/OrangtuaCermatAnakSehat/videos/1206532889401908/
--
•Nama : Viana
•Usia : 27th
•Jumlah anak & usianya (jika sdh memiliki anak) : 1 baby boy 7 bulan
•Yang anda harapkan dari kulwap ini : pencerahan mengenai bagaimana seharusnya kita sebagai ortu bertindak saat anak sakit & juga menempatkan diri sebagai dokter pribadi yang cerdas & rasional bagi anak sendiri 
•Pertanyaan :
1. Entah berasal dari pendapat pribadi seorang dokter atau memang sudah terbukti,, beberapa ortu bisa berbicara bahwa anak perempuan lebih kuat dibanding anak laki-laki pada (demam). Maksudnya kalau anak perempuan, demam dengan suhu di atas 40dc masih bisa beraktifitas, sementara anak laki-laki sudah kategori *_gawat_* apabila suhu diatas 38dc.. Harus cepat dibawa ke dokter, *_waspada_* akan timbul kejang/step … 

Jawab: gak benar. Kejang demam bisa terjadi pada siapapun dengan resiko tertinggi pada anaknya yg orang tuanya juga punya riwayat kejang demam. Kejang demam tidak bisa di cegah dengan paracetamol atau anti piretik lainnya. Kejang demam bisa terjadi bahkan pada suhu di bawah 38.

Bacaan soal kejang demam:

http://milissehat.web.id/?p=51

http://milissehat.web.id/?p=2728

http://arifianto.blogspot.co.id/2015/05/sekilas-kejang-demam.html?m=1



Fatma Zen: Nambahin.. soal kejang demam (KD) ini memang betul pd mild fever atau demam suhu rendah bisa juga terjadi.. disarankan saat anak mengalami kejang demam divideokan atau dicatat durasinya.. hal ini berguna untuk penegakan diagnosis kejang demamnya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks atau malah bukan kejang demam (misal epilepsi)

Nambahin video gambaran kejang demam yg pernah diputar di seminar PESAT 

https://youtu.be/cTslWqVY7kw

-----
Fatma Zen: Sambil nunggu mba inta, ibu-ibu bisa main ke sini nih ke blognya dr.purnamawati (pendiri milis sehat yayasan orangtua peduli)


https://purnamawati.wordpress.com/category/my-articles/
---
Nah ini yg penting yang harus dipahami:
RUM itu bukan *melarang* ortu pergi ke dokter ya mba
, Kan RUM *bukan anti dokter*. Tapi bijaklah saat berkomunikasi dgn dokter, saat menjalani pengobatan, dan tentunya spy anak ga *over-under-miss treatment*

Nambahin ya soal DBD vs DD
🍃 Potongan Isi Buku Orangtua Cermat Anak Sehat (OCAS) BAB #Demam :

🌾Infeksi virus #DENGUE ada dua: Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

🌾Tidak semua infeksi virus Dengue akan menjadi DBD

🌾Beda DD vs DBD: pada DD tdk terjadi kebocoran plasma (plasma leakage), sedangkan DBD terjadi kebocoran plasma

🌾DBD berbahaya dan berpotensi menyebabkan kematian pada kasus berat

🌾Kebocoran plasma adalah kondisi ketika plasma (cairan selain sel darah merah) merembes ke luar dari pembuluh darah ke jaringan di sekitarnya sehingga anak akan kekurangan cairan (DEHIDRASI), aliran darah ke seluruh tubuh dapat berkurang (SYOK), tekanan darah akan turun hingga nadi tidak dapat diraba dan resiko perdarahan pun tinggi. Hal inilah yang terjadi pd DBD

Selengkapnya pembahasan tentang:
~ Gejala Infeksi Virus Dengue ,
~ Perjalanan Demam (fase-fase demam) ada di buku OCAS
••••••••••••••••••••••••••••••
Tambahan lagi:

*trombosit turun* diidentikan dgn DBD, padahal?

Simak artikel berikut ini
__


Catatan penting:
•Trombosit turun: bukan hanya monopoli DD/DBD, bisa krn semua infeksi virus or bakteri: campak,roseola,rubella,flu,common cold

•DBD : trombosit turun
Hematokrit naik
Leukosit seringkali turun pd DD (demam dengue) dan DBD

•••
Sumber : dr.Arifianto,SpA


Pasca libur akhir tahun lalu, banyak kasus infeksi meningkat jumlahnya. Demam Dengue dan DBD (Demam Berdarah Dengue), campak, HFMD, dan varisela (cacar air). Kasus diare dan pneumonia masih tetap banyak. Meningitis pun tidak surut. 

Sesuai dengan penyebabnya, penyakit infeksi ditandai oleh demam. Masing-masing penyakit berbeda karakteristiknya. Orangtua bisa mempelajari tanda dan gejala penyakit-penyakit ini di situs-situs kesehatan seperti 
www.kidshealth.orgwww.healthychildren.org, dan www.milissehat.web.id

Ada beberapa petunjuk yang mungkin bisa dijadikan pegangan:
- Trombosit turun (trombositopenia) bisa terjadi pada semua infeksi virus/bakteri, tidak hanya pada infeksi virus Dengue (DD/DBD) saja. Trombosit bisa turun pada Campak, roseola, rubella, bahkan common cold dan influenza. Maka jangan langsung parno menghadapi nilai trombosit yang turun. Amati apakah ada tanda dan gejala lainnya. Demam Dengue dan DBD umumnya hanya demam saja, tanpa pilek. Batuk bisa dijumpai, meskipun jarang. Anak pun cenderung lemah, saat demam maupun saat demamnya turun. 

Berbeda dengan selesma/flu disertai dengan pilek dan anak masih relatif aktif. Makanya ada anjuran ketika anak sudah demam setidaknya 3 hari, tetapi tidak disertai gejala lainnya, dan cenderung lemah, maka periksakan ke dokter.
- DBD ditandai tidak hanya oleh trombosit yang turun (di bawah 100 ribu), tetapi juga peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi). Maka jika anak dicurigai DBD, tanyakan berapa hematokritnya. Nilai leukosit juga seringkali turun pada DD dan DBD.
- Hal terpenting yang harus dipahami orangtua adalah: tahu kapan harus membawa anaknya ke dokter. Paham kondisi kegawatan pada anak, dan cara penanganannya di rumah (sebelum dibawa ke dokter). Beberapa situs kesehatan yang saya sebutkan di atas bisa menjadi bahan belajar.
---
Tanggapan peserta
Arvi: Saya perempuan, mantan yg sering step/kejang tiap demam mbak jaman cilik 😅
Nurun ke anak laki saya 

Kebetulan sering. juga sering dengar pengkategorian itu sih, dulu kepikiran pas belum punya anak, ternyata kenal milis sehat malah jadi bisa waspada, alhamdulillah pas ngalamin anak saya kd dan 'hampir' pelanggan tetap sudah bisa mengatasi walau masih belajar
Alhamdulillah karena udah prepare ga panik 
🙈
Muncul pertama lagi di tol otw ke mol malah, jadi di tol kd (udah ngerasa akan kd), jadi ditangani sesuai yg pernah dibaca, lalu lanjut ke mol sebentar sesuai keperluan. Saya beruntung banget kenal milis, pernah baca, ibu sering ngangkit saya step saat demam, dan bebacaan soal kd jadi benar benar persiapan
. Berbekal belajar sebelum kejadian ini membantu sekali, makin waras saat anak benar mengalami, bisa tetap berpikir dan lanjut memperdalam bacaan bahkan saat sambil observe dan jaga anak
---
Peserta:
Assalamullaikum saya baru sempat bergabung dan belum juga selesai baca semua info di atas 😔

Tapi ini ibook.. anak sy 10bulan cewek bulan lalu juga begini demam naik turun 3 hari habis cek lab setelah jam ke 72 normal darahnya.. hari ke4 demamnya turun dan keluarlah ruam seluruh badan semuka2nya juga.. ke dokter lagi diagnosanya virus tanpa dikasih obat apapun.. ke dokter lain lagi (karena penasaran sy pikir itu reseola tapi bukan katanya) diagnosa 
nya alergi karena anak sy memang ada riwayat alergi dikasih obat alergi besokannya hari ke7 mulai hilang ruam2nya di badannya

Dan masih penasaran sebenernya itu hanya karena alergi atau reseola? Jikalau alergi apakah iya ruam bisa sampai sekujur badan gitu ya?

Ety J sanar: Demam naik turun, saat turun/normal ga diitung harinya bu , jd ga masuk itungan 72 jam (gugur). 72 jam itu demam yg tidak turun walaupun minum paracetamol.

Inta Maesarinta: Alergi gak pake demam kok :)

coba baca di sini soal roseola ya

milissehat.web.id/?p=2491

Puteri Zenica: Tp di sisi lain ada banyak sih penyakit demam+ruam ya?
Inta Maesarinta: banyak mba, ada rubella, campak atau sekedar fever with rash aja sih. Umumnya cuma virus jadi ya penanganannya sama aja, gak butuh obat cukup observasi dan jaga asupan cairan
Puteri Zenica: Coba bandingkan sama ini 
http://milissehat.web.id/?p=404
Puteri Zenica: 
http://milissehat.web.id/?p=2237

-----

Bayi ga mesti dikasih minyak telon. Malah pd sebagian bayi minyak telon malah memicu alergi 

Bisa baca juga di artikelnya dr. Apin

https://www.facebook.com/arifianto.apin/posts/10209867579560565

Sumber: dr. Arifianto,SpA

Memangnya bayi harus pakai minyak telon?

"Bu, bayinya pakai minyak telon ya?" tanya saya, menunjuk pada kulit dada, perut, dan punggung yang kering. Bayi di hadapan saya ini umurnya 2 bulan. Tampak aktif. Datang untuk kunjungan imunisasi.

"Iya," jawab si Ibu. 

"Kenapa pakai minyak telon?" tanya saya lagi.

"Supaya hangat. Dan nggak kembung," jawabnya.

(Saya mau nambahin jawaban lagi: disuruh neneknya. Tapi nggak tega. Sudah cukup lah, saya "dimusuhi" para nenek :-D )

Biasanya saya akan mengembalikan lagi pertanyaannya: memangnya kalau nggak dikasih minya telon, bakalan kembung? Kalau nggak dikasih minyak telon, nanti kedinginan? Atau alasan lain seperti: enak Dok, baunya. Bau bayi...

Penggunaan minyak pada bayi, sejak bayi baru lahir bahkan, memang adalah tradisi. Pemberian minyak telon, dan sebagian kecil lainnya minyak kayu putih, adalah kebiasaan yang sudah turun temurun dilakukan pada bayi-bayi kita. Rasanya kurang lengkap jika tidak memberikan minyak telon setelah bayi dimandikan dan dipakaikan baju. Mari kita kupas satu satu.

- Benarkah pemberian minyak telon bisa mencegah bayi kembung? Maka jawaban saya: definisi kembung pada bayi itu subjektif. Apa ciri ciri bayi kembung? Perut buncit? Bunyi "dung dung" ketika diketuk perutnya?
Ketahuilah bahwa struktur perut bayi dan balita memang tampak buncit, tapi tidak berarti "kembung" penyakit. Lah, kan bunyinya dung dung saat diketok. Wajar dong. Apa isi lambung? Air (susu), makanan, dan udara. Bayi masih sering menangis, kan? Campuran semua itu menciptakan bunyi "dung dung" yang wajar pada bayi.
Yang tidak wajar adalah: ketika perut membuncit, disertai muntah hijau berulang, akibat sumbatan saluran cerna.

- Minyak telon dan sejenisnya bisa memberikan kehangatan. Iya, bisa saja. Tapi jika khawatir bayi kedinginan, mengapa tidak memakaikan baju hangat saja? Lengan panjang, dan celana panjang. Tapi jangan salah, kadang orangtua mempunyai kekhawatiran berlebihan. Justru bayi senang dengan cuaca dingin. Ia akan banyak berkeringat ketika memakai pakaian dalam dan luar (2 lapis). Bayi yang mempunyai kecenderungan "biang keringat" akan menjadi tidak nyaman karena gatal akibat beruntusan. Si bayi lebih senang memakai pakaian tanpa lengan, tapi orangtua dan neneknya (maaf ya nenek, lagi lagi :-)) khawatir bayinya "masuk angin" dan memaksakan menggunakan baju tebal dan minyak telon.

- Tidak jarang saya menjumpai bayi bayi dengan dermatitis kontak (alergi kulit, akibat teriritasi/hipersensitif) akibat minyak telon. Kulit bayi jadi kering, merah, bahkan sampai mudah luka. Semata mata akibat bayi "tidak cocok" dengan penggunaan minyak, atau kosmetik bayi lain. Padahal niat orangtuanya baik, tapi bayinya yang tidak cocok.

Jadi... tidak perlu khawatir lagi ya jika tidak pakai minyak, bedak, atau apapun setelah bayi mandi. "Ritual"-nya cukup: mandi, boleh pakai sabun dan sampo bayi, lalu... langsung pakai baju aja. Nggak usah ditambahi macam macam.

Selamat merawat bayi Anda :-)
---
Pindah topik ke demam-ruam;
Nyoook kita bedain mana campak (morbili/measles/rubeola), mana rubella (campak jerman), & mana roseola (tampek).. Krn mereka mirip2 loh tp bedaaaa.. 
•••
Campak/Morbili/Measles/Rubeola

Berikut bacaan soal campak yang diambil dari kultweet dr.Arifianto,SpA

- Kasus #campak memang tak kunjung berakhir. Hampir tiap hari saya merawat pasien baru dengan sakit campak. Beberapa cukup serius sakitnya

- #Campak adalah penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin campak, diberikan pada usia 9 bulan dan diulang usia 2 tahun. Jangan terlambat!

- Beberapa kasus yang cukup serius adalah bayi-bayi yang sakit campak sebelum usianya 9 bulan. Jadi keburu sakit sebelum diimunisasi :-(

- #Campak sebenarnya bukanlah penyakit ringan. Berbeda dengan demam disertai ruam lainnya, yang orang bilang "tampek". Ini biasanya roseola

- Roseola adalah demam dengan ruam yang paling sering pada anak. Orangtua berpikir anaknya sakit #campak, padahal bukan

- Roseola ditandai dengan demam 3-5 hari, biasanya tanpa batuk/pilek, dan kadang didiagnosis banding sebagai Demam Dengue. Beda dengan #campak

- Penyakit lain yang sering disalahartikan sebagai #campakadalah rubella. Demam bisa hanya 1 hari, berlanjut dg ruam

- Rubella kadang disertai batuk/pilek, dan ruamnya mirip campak, tetapi jarang disertai mata merah, dan anak tidak tampak sesakit #campak

- Baik roseola dan rubella tidak mempunyai komplikasi seberat -#campak pada anaknya, hanya saja rubella berisiko pada janin yang dikandung ibu

- #Campak bukanlah penyakit ringan. Gejalanya demam 3-5 hari, mata merah, batuk/pilek, dan ruam menyebar dari kepala sampai seluruh tubuh

- Anak tampak sakit, lemah, dan sering disertai diare. Komplikasi berat #campak adlh pneumonia (radang paru) dgn sesak napas, serta dehidrasi

- #Campak masih cukup tinggi di Indonesia. Jangan remehkan penyakit ini. Lengkapi imunisasi campak dan ulangannya
---
sharing pengalaman mba Arvi yang anaknya langganan kena kejang demam (KD):
 Mau share kd anakku ya. 
Kd pertama aja, yg selanjutnya ya gitu deh hahaha..Singkat dulu aja ya.. 

Kisahnya.. 
Suatu hari sedang perjalanan ke jakarta, karena domisili tangerang, lusanya mau pesat kebetulan karena saya panitia dan mau singgah sekalian nginep dirumah eyangnya di jakarta. 
Pagi, anak masih aktif, siang menjelang berangkat tetiba demam dan ga sempat ukur suhu, akhirnya tetep jalan sambil digendong pangku, saat ngerasa makin panas, kok feeling seperti ada yg 'njawil' siap siap kejang, gitu. 
Kebetulan di tol, anak aktif mimik dan ditawari parset ga mau. Saya siap siap waspada, bekal baca baca sebelumnya karena keingetan ibu sering cerita kalo saya demam selalu step. 
Tetiba begitu aja badan langsung kaku semua dan mata keatas, posisi masih dipangku saya, jadi saya agak miringkan badan karena kepala ikut ndongak pas anak kd khawatir tersedak liur. 
Suami saya nyetir agak panik liat anak, saya masih tenang sambil jelasin sesingkatnya dan mulai hitung durasi kd. 
Setelah selesai kd, saya tawari anak mimik dan parset mau,ga lama turun suhu tubuh dan galau antara lanjut ngemol apa nggak. 
Tapi karena respon anak baik, jadi kami putuskan mampir aja sebentar sampe dapat barang yg dicari. 
Malam sampai dirumah eyang, naik lagin suhu dan kembali kejang, sempat ukur suhu sekitar 41 derajat. 
Tatalaksana seperti sebelumnya dan begitu selesai episode ke 2 kami siap siap ke rs, observasi dan mau konsul. 
Disarankan observasi di rs 1x24 jam karena demam tanpa gejala, tak ada bapil dll. 
Sempat diminta ambil darah dan cek feses juga urin. 
Saya menolak ambil darah dan feses karena merasa belom perlu. Anak ga ada diare, juga belom 1x24 demam, ga mungkin dbd atau tifoid (tenaga medis menakut nakuti), tapi saya setuju urin karena suspect utama fws mungkin saja isk walau anak saya ga bilang sakit pipisnya. Memang ada silent isk kan? 
Sempat kecolongan anak dipasangi infus saat saya titip jaga sama adik ipar, karena saya sempat menolak karena respon anak makan dan minum masih bagus, hanya demam dan lemas saja (saya kira. Ga nyaman sama suhu tubuhnya). Besoknya pagi saya sempat tinggal sebentar untuk datang ke pesat karena kebetulan panitia dan ada beberapa tugas yg harus ditunaikan, anak saya titip ayahnya dan ada adik adik saya. 
Kondisi juga udah oke dan ga ada demam lagi sehingga saya memutuskan untuk mampir sebentar ke lokasi acara. 
Sorenya minta discharge karena tidak ada muncul demam lagi walau dokter menyarankan tetap stay di rs.kami pulang dengan ttd surat keluar paksa. 
Sampai rumah anak demam lagi ternyata 😅
Tapi kondisi 39an derajat masih main sepeda saya tenang, karena merasa anak masih nyaman. Makan minum oke dll baik. Kembali kd di hari ke 3 demam tapi saya sudah semakin siap jadi lebih santai, hitung durasi demam dan di videokan untuk diskusi bila kd berkelanjutan atau lebih lama durasinya. 
Fws berlangsung selama 5 hari dan kami ke markas saat masih demam, mau konsul sekalian klarifikasi hasil bacaan. 
tetiba muncul ruam yg saya ga tau apa, (sudah pernah roseola sebelumnya jadi ngerasa ini bukan roseola). Ga bisa nyocokin ruamnya. 
Ternyata pas di markas demam reda, dokter periksa, katanya malah biang keringat aka miliaria. Jeng jeng hihihi.. Mamaknya sekip ruam miliaria soalnya karena ga pernah ngalamin. 
Dapet tambahan ilmu dari dokter dengn catatan di buku kesehatan anak. Anaklanang masih suka kd sih, masih suka di videokan, dan mamak nguatin diri liatnya kalo lagi kd, semoga ga berulang. Jujur kalo ngeliat sendiri ya lemes, anak kejet kejet mata melotot ke atas depan mata, tapi karena tau tatalaksana ya dikuatin

---
Nyambung ke alergi:
 Ini video dr endah jelasin soal alergi, hanya sebagian si

https://www.facebook.com/rifa.hafsahtiarni/posts/10214090900697500
--
Demam tanpa gejala penyerta (FWS)

Puteri zenica: Ngomong2 FWS, ada link bagus: https://www.nice.org.uk/guidance/cg160
Arvi: Dulu kesini juga

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3677928/





Komentar